Halaman

Selasa, 22 Oktober 2013

TUGAS TIK 2



Mengapa terkadang guru mengecap seklompok atau seorang murit yang seringkali menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri (berkelahi) sebagai murit yang sulit diatur(preman) ?
 Terkadang beberapa guru menegur dengan cara yang berlebihan, seorang murit yang menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri (berkelahi), bukankah murit perlu pembinaan atau pendampinan. Bukannya dimarahi? Mungkin murit dengan dimarahi malah membuat dia tambah menjadi-jadi, dalam artian tambah tidak bisa di atur? Seharusnya guru member pendampingan kusus kepada murit yang mungkin memiliki tempramen yang lebih, atau mungkin murit yang di rumahnya merasa kurang mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga mencari perhatian dengan cara menjadi sosok yang dianggap jagoan. Bukankah sekolah adalah lembaga pendidikan? Bukanya lembaga kekerasan?
Dari pertanyaan diatas ada pengalaman salah satu teman yang merasa menjadi korban teguran yang berlebihan oleh guru. Yaitu Filbetes Aji Kuncoro, pada saat itu Aji berkelai dengan Herman Yogi dikarenakan ejek mengejek, disitu Aji merasa tidak terima dengan herman Yogi yang mengejek Aji, dan ahirnya mereka pun berkelai, perkelahian itu di menangkan oleh Aji, dan salah seorang guru mengetahui perkelahian mereka dan menegur Aji ,di saat Aji di tegur Aji dilempari senyum oleh Aji Anandar M dan Aji pun tersenyum kembali pada Aji A.M, tetapi guru yang sedang menegur Aji malah berkata “Heh kamu mau saya tampar!” lalu Aji menjawab “Nggak pak saya Cuma menyjawab senuman A.M” menjelaskan kepada guru yang menegurnya bahwa yogi yang mengejek Aji terlebihdahulu dan menantang Aji terlebihdahulu untuk berklai, tapi guru itu tak menerima alasan Aji dan tetap membela dan menganggap yogi yang benar ,kebetulan guru yang menegur adalah pak Davit salah satu guru muda yang mengajar di SMP PIUS.
apakah seorang murit yang diangap pintar dan yang dianggap bodoh dimata guru tingkatannya berbeda?
Contoh opnum yang melakukan pembandingan kepada muritnya :
Kebetulan saya dan teman-teman mendengar perkataan dari opnum yang melakukan pembanding-bandingan  pada waktu itu jam pelajaran bahasa inggris di ruang ips yang dulunya 8c ,waktu itu kelas 8 sedang biberi waktu untuk pelajaran di luar ,tetapi mreka sambil berjalan-jalan dan bersuara berlebihan dan membuat bising, dan Pak Puji memanggil Oka yang habis dari kamar mandi Pak puji “oka sinih kamu,bajunya masukin,bocah sekolah kok pakeane acak-acakan” oka menjawab”iya pak,” tak lama pak puji memanggl Basil karena basil dan yogi kejar kejaran dan membuat bising, laluy mereka ditegur ,tetapi di situ banyak anak perempuan yang jauh lebih gaduh daripada basil dan yogi,tetapi tidak ditegur. Sesudah pak Puji selesay menegur pak puji berkata di kelas “kalo anak perempuan pinter cantik itu gak pantes dimarahin, tapi kalo anak laki-laki bodo nakal maning kudune didomeih terus.
Seharusnya tidak membeda bedakan muritnya, kalo memangmurit salah guru harus menegur dan member pengarahan yang baik ,bukannya membeda-bedakan jenis kelamin dan cantik tidaknya. karena semua murit dititipkan oleh orangtua mereka untuk belajar di sekolah. Belajar secara akademi dan non akademi, non akademi seperti belajar bersosialisasi dengan teman,belajar bergaul,belajar memahami perbedaan. Tapi mengapa malah terkadang ada opnum guru yang membedabedakan muritnya, bukannya kita semua sama? Kita juga sekolah kan membayar tiap bulannya,?
Apakah peratur yang telah dibuat dan sudah di tandatangani oleh murit saat Mos dulu sudah di taati?
Menurut saya belum ,mungkin kebanyakan murit hanya menandatangani tanpa membaca dan memahami isi daripada buku tatatetrtib, kebanyakan hanya mau menandatangani karena nggak mau repot untuk bertanya maksut dan makna sesungguhnya dari buku tatatertib, tapi juga ada factor lain tatatertib yang tertulis hanyalah tinggal tulisan, seperti contohnya penggunaan kaos kaki ,aksesoris,pembawaan hp ,dan model potongan rambut. Sudah ukan rahasia lagi banyak yang melanggar tatatertip walaupun terkadang ada rasia tapi itu juga percumah karena yang terkena rasia hanyalah murit yang mungkin kurang disenangi oleh beberapa temannya sengiinga yang memiliki teman yang bisa di ajak kompromi bisa lolos dari rasia.
 Saran yang bisa saya beri adalah :
Seorang guru adalah sosok yang di anggap sebagai contoh dan figure yang dimata murit di angap sebagai tolak ukur, dalam artian jika guru di sekolah berprilakuan seperti preman brarti murit bisa dong lebih dari gurunya.
Maka dari itu seharusnya guru sebisa mungkin menjadi contoh yang dapat di teladani oleh muritnya,dan mungkin jika guru sedang memiliki masalah sebisa mungkin diselesaikan sendiri,jangan di bawa ke sekolah,
Mungki sekian pengalaman dan pengakuan dari teman yang pernah merasakan apa yang saya tulis. Munkin ini kurang rutut dan jelas ,tpi ini semu saya tulis dari fakta yang ada dan sedikit pemikiran saya, jika dari tulisan yang  ada yang kurang tepat atau mungkin menyakiti saya mohon maaf.
By : Billy Bagus Harjuna